Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. (Kolose 3:22)
Ada seorang tuan yang amat sangat kaya. Ia memiliki usaha perkebunan yang sangat maju. Satu ketika ia memutuskan beristirahat dari semua kegiatannya dan pergi ke benua lain untuk berlibur dalam jangka waktu lama. Ia hendak memberikan wewenang tugas yang diembannya selama ini kepada tiga orang kepercayaannya. Namun sebelum ia memberikan apa yang menjadi tugasnya kepada hambanya, ia melakukan suatu tes pada mereka. Ia ingin agar saat meninggalkan usahanya ia dapat dengan tenang menikmati liburannya dan agar usaha tetap berjalan dengan baik.
Karena tuan ini merasa berhutang pada ketiga hambanya ini maka ia akan memberi hadiah sekaligus menguji mereka. Ia menawarkan hadiah apa saja yang dapat dipenuhinya kepada ketiga orang ini, hambanya hanya perlu menyebut keinginan mereka dan tuan ini akan memberikan apa saja asalkan masih masuk di akal.
Karena bentuk rasa terimakasihnya selama ini maka ia akan memberikan semua yang diminta hambanya. Hamba pertama menerima uang yang begitu banyak, saat itu ia langsung pensiun dari usaha tuannya. Hamba kedua menerima jabatan untuk mengawasi semua perkebunan selama tuannya ini pergi. Dan hamba ketiga karena ketulusan hatinya ia menerima jabatan terbaik sebagai pemegang uang tuannya dan penjaga gudang kekayaan tuannya. Setelah ia melimpahkan tugas, tuan ini pergi ke luar negeri untuk beberapa tahun.
Semua usaha perkebunan tuan ini berlangsung dengan baik di tangan kedua hamba kepercayaan. Tapi ada satu bentuk iri hati dalam hidup hamba kedua. Ia begitu iri melihat hamba ketiga ini dapat keluar masuk dengan bebasnya ke dalam gudang uang dan kekayaan tuannya. Ia ingin menjatuhkan hamba ketiga ini saat tuannya pulang kelak. Ia mencari jalan untuk ini dan menemukan keanehan yang dilakukan hamba ketiga. Hamba kedua melihat keanehan, yaitu hamba ketiga selalu memasuki gudang kekayaan tuannya dengan membawa tas. Hamba kedua menyadari keanehan ini dan mencurigai hamba ketiga telah mengambil kekayaan tuannya.
Lalu pulanglah tuan kaya setelah beberapa tahun berlibur. Ia begitu gembira melihat semuanya berjalan dengan baik. Namun ia begitu terkejut mendengar laporan hamba kedua. Ia menerima laporan tentang kecurigaan pada hamba ketiga yang telah mencuri harta tuannya selama tuan ini pergi karena ia selalu membawa tas ke dalam gudang kekayaan tuannya. Mendengar laporan hamba kedua ini, tuan ini begitu marah dan kemudian menjebloskan hamba ketiga ini kedalam penjara.
Namun tuan kaya ini begitu gelisah, hatinya merasa tidak tenang dengan semua yang dilakukannya. Ia kemudian mulai menghitung semua yang dimilikinya di gudang kekayaannya. Ia merasa adanya keanehan. Tidak ada uang emasnya yang hilang, tidak ada perhiasan yang berkurang dan uangnya semakin bertambah banyak. Ia merasa telah membuat kesalahan dengan menjebloskan hamba ketiga ini ke penjara. Lalu ia memerintahkan mengeluarkan hamba ketiga ini dari penjara dan menanyakan mengapa hamba ketiga ini selalu membawa tas di saat memasuki gudang kekayaan seturut laporan hamba kedua.
Hamba ketiga ini kemudian mengatakan demikian : "Hamba adalah seorang yang telah bekerja pada tuan selama ini". "Hamba telah menerima banyak kebaikan dari tuan dan tuan telah memelihara keluarga hamba dengan segala kebutuhan yang diperlukan". "Setelah begitu lama hamba bekerja keras pada tuan akhirnya tuan mengangkat hidup hamba, memberikan anugerah dengan memberikan apa saja yang dapat hamba minta!". "Namun hamba tidak meminta apa-apa, hamba merasa tidak layak menerima sesuatu yang besar namun tuanku memberi kepercayaan yang besar sebagai pengelola kekayaan tuanku".
"Disaat pertama kali hamba bekerja, hamba memang dipenuhi ketakutan untuk berbuat kesalahan!". "Namun kemudian setelah hamba terbiasa masuk dalam ruangan kekayaan tuanku, hamba tergoda untuk mengambil harta tuanku dan berlaku tidak setia pada tugas yang tuanku berikan". "Di saat itulah hamba sadar, dan hamba takut untuk berbuat dosa". "Mulai dari hari itulah hamba selalu membawa tas setiap kali hamba masuk ke dalam gudang tuanku!". "Setiap kali hamba tergoda untuk mengambil uang tuanku dan memasukkan harta tuanku ke dalam tas tersebut, hamba selalu melihat ke dalam isi tas dan disadarkan kembali untuk mengembalikan uang itu".
"Sesungguhnya hambamu ini selalu membawa tas yang berisi ‘kaus butut'. Hambamu sadar saat ini hambamu telah memakai jubah yang baik setelah tuanku anugerahkan kepercayaan yang besar kepada hambamu ini!". "Saat hambamu ini hendak mencoba tidak setia, hambamu ini selalu teringat tentang masa lalu hambamu, betapa miskin dan kotornya hambamu dulu". "Isi tas hambamu selama tuanku pergi hanyalah kaus butut yang dahulu hambamu pakai saat hamba bekerja keras di kebun, untuk mengingatkan agar hambamu ini selalu rendah hati dan sadar ketika hamba ditinggikan".
Karena apa yang ada dalam hati dan perbuatan hamba ketiga ini begitu tulus, tuannya kemudian menaikkan dia pada tugasnya yang lama sebagai pengelola kekayaannya. Hamba tulus dan rendah hati juga menerima jabatan sebagai pengurus perkebunan tuannya menggantikan hamba kedua yang hatinya dipenuhi kedengkian dan iri hati.
Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. (Lukas 12:42-44)
Sumber: Nathrics - CBNI